
Kabarpatimu.com – Di era modern dengan tuntutan pekerjaan yang serba cepat, sering kali umat Islam dihadapkan pada dilema antara menunaikan kewajiban shalat fardu dan tuntutan profesionalisme. Namun, bagi Persyarikatan Muhammadiyah, ibadah shalat berjamaah, khususnya bagi laki-laki, adalah amalan utama yang kedudukannya tidak boleh digeser oleh kesibukan duniawi.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah memandang bahwa shalat berjamaah merupakan anjuran kuat (sunnah muakkadah) yang mendekati wajib, bahkan sebagian ulama memandang hukumnya fardhu kifayah atau bahkan wajib ‘ain (bagi laki-laki dewasa). Dasarnya adalah perintah Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 43, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk,” yang dimaknai sebagai perintah untuk shalat berjamaah.
Muhammadiyah selalu menekankan nilai-nilai profetik dalam beribadah. Keutamaan utama shalat berjamaah—yaitu dilipatgandakan pahalanya 25 hingga 27 derajat dari shalat sendirian, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim—adalah motivasi besar yang seharusnya mampu mengalahkan godaan kesibukan kerja.
Menurut pandangan Muhammadiyah, shalat berjamaah di tengah kesibukan kerja bukan hanya tentang mencari pahala tambahan, tetapi juga merupakan ujian nyata atas keimanan seorang Muslim. Ayat Al-Qur’an (QS. Al-Munafiqun: 9) dengan tegas mengingatkan agar harta (termasuk pekerjaan) dan anak-anak tidak melalaikan seseorang dari mengingat Allah.
“Seorang Muslim yang sesungguhnya adalah mereka yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingati Allah, mendirikan sembahyang, dan menunaikan zakat.” (QS. An-Nur: 37).
Dalam konteks pekerjaan, Muhammadiyah mendorong adanya upaya kolektif, baik dari karyawan maupun perusahaan, untuk memastikan hak ibadah tidak terabaikan. Undang-Undang Ketenagakerjaan di Indonesia pun mewajibkan pengusaha memberikan kesempatan yang cukup kepada pekerja untuk melaksanakan ibadah.
Oleh karena itu, bagi Muhammadiyah, menjaga shalat berjamaah di tengah kesibukan adalah manifestasi nyata dari ketegasan seorang Mukmin. Shalat berjamaah melatih disiplin waktu, mengajarkan tanggung jawab sosial, dan berfungsi sebagai rehat spiritual yang menyegarkan kembali jiwa dari tekanan duniawi.
Mengatur waktu dengan bijak, menjadikan shalat sebagai prioritas utama. Memanfaatkan masjid atau musholla terdekat di area kerja.Saling mengingatkan dan membentuk lingkungan kerja yang mendukung ibadah berjamaah.
Dengan menjadikan shalat berjamaah sebagai prioritas, seorang Muslim tidak hanya mendapatkan pahala yang berlimpah, tetapi juga menunjukkan komitmennya bahwa keberkahan rezeki datang dari ketaatan kepada Allah, bukan semata-mata dari kesibukan yang melalaikan.(red)


